Senin, 11 Mei 2020

Ramadhan di Rumah, Selasa, 12 Mei 2020 Kelas 9a,b, c, dan d


Ramadhan di Rumah, Selasa, 12 Mei 2020 Kelas  9a,b, c, dan d

لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Bacalah materi berjudul KEUTAMAAN KEUTAMAAN ALQURAN berikut , 

Buatlah ringkasan tentang keutamaan- keutamaan AlQuran.

Kirim jawaban ke email guru   saraswatinelly.ali@gmail.com

Kerjakan hari ini Selasa 12 Mei 2020 terakhir pukul 17.00.

Semangat mengerjakan semoga menjadi amal shalih di bulan Ramadhan.

  Aamiin



Keutamaan-Keutamaan Al Qur’an

Keutamaan-Keutamaan Al Qur’an

[1] al-Qur’an adalah Cahaya

Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman. Keduanya dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada kalian keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada kalian cahaya yang terang-benderang.” (QS. an-Nisaa’: 174)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, “Orang itu -yaitu yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)

[2] al-Qur’an adalah Petunjuk

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif lam mim. Inilah Kitab yang tidak ada sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya al-Qur’an ini menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka akan mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa’: 9).
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, ataukah pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, seandainya ia datang bukan dari sisi Allah pastilah mereka akan menemukan di dalamnya banyak sekali perselisihan.” (QS. an-Nisaa’: 82)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akherat.” Kemudian beliau membaca ayat di atas (lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal. 49).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa maksud dari mengikuti petunjuk Allah ialah:
  1. Membenarkan berita yang datang dari-Nya,
  2. Tidak menentangnya dengan segala bentuk syubhat/kerancuan pemahaman,
  3. Mematuhi perintah,
  4. Tidak melawan perintah itu dengan memperturutkan kemauan hawa nafsu (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 515 cet. Mu’assasah ar-Risalah)

[3] al-Qur’an Rahmat dan Obat

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Israa’: 82)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an itu mengandung ilmu yang sangat meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala kerancuan dan kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan peringatan yang dengannya akan lenyap segala keinginan untuk menyelisihi perintah Allah. Ia juga mengandung obat bagi tubuh atas derita dan penyakit yang menimpanya.” (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 465 cet. Mu’assasah ar-Risalah)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam salah satu rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan pasti akan turun kepada mereka ketenangan, kasih sayang akan meliputi mereka, para malaikat pun akan mengelilingi mereka, dan Allah pun akan menyebut nama-nama mereka diantara para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa at-Taubah wa al-Istighfar [2699])

[4] al-Qur’an dan Perniagaan Yang Tidak Akan Merugi

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kalian pun berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)

[5] al-Qur’an dan Kemuliaan Sebuah Umat

Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin Abdul Harits bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah, pent). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Maka ‘Umar pun bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata, “Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5027])

[6] al-Qur’an dan Hasad Yang Diperbolehkan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki yang diberikan ilmu oleh Allah tentang al-Qur’an sehingga dia pun membacanya sepanjang malam dan siang maka ada tetangganya yang mendengar hal itu lalu dia berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.” Dan seorang lelaki yang Allah berikan harta kepadanya maka dia pun menghabiskan harta itu di jalan yang benar kemudian ada orang yang berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.”.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5026])

[7] al-Qur’an dan Syafa’at

Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [804])

[8] al-Qur’an dan Pahala Yang Berlipat-Lipat

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam Kitabullah maka dia akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Tsawab al-Qur’an [2910], disahihkan oleh Syaikh al-Albani)

[9] al-Qur’an Menentramkan Hati

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)

[10] al-Qur’an dan as-Sunnah Rujukan Umat

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. an-Nisaa’: 59)
Maimun bin Mihran berkata, “Kembali kepada Allah adalah kembali kepada Kitab-Nya. Adapun kembali kepada rasul adalah kembali kepada beliau di saat beliau masih hidup, atau kembali kepada Sunnahnya setelah beliau wafat.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 14)

[11] al-Qur’an Dijelaskan oleh as-Sunnah

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-Qur’an supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka itu, dan mudah-mudahan mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS. al-Ahzab: 21)
Mak-hul berkata, “al-Qur’an lebih membutuhkan kepada as-Sunnah dibandingkan kebutuhan as-Sunnah kepada al-Qur’an.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13). Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya as-Sunnah itu menafsirkan al-Qur’an dan menjelaskannya.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah, hal. 13)
Wallahu a’lam bish showab. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Artikel Muslim.Or.Id


Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/9030-keutamaan-keutamaan-al-quran.html





Senin, 04 Mei 2020



 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Materi Ramadhan, Selasa 5 Mei 2020
Untuk kelas 9a,9b, 9c, dan 9d




 اhttps://www.youtube.com/watch?v=SfsK99TNFg0




Klik link di atas

1. Perhatikan videographic dalam link youtube tersebut
2. Tuliskan tips-tips cara bergaul secara Islam dari video
3. Kirimkan jawaban ke email guru  saraswatinelly.ali@gmail.com
4. Batas pengiriman hari ini karena setiap hari jadwal Ramadhan berganti
    Ditunggu Selasa, 5 Mei 2020 paling lambat pukul 18.00
5. Jangan menunda belajar.

Semoga menjadi amal ibadah kita di Bulan Suci Ramadhan ini



 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Senin, 27 April 2020

Ramdhan Belajar di Rumah Selasa 28 April 2020 untuk Kelas 9 ABCD

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ramadhan adalah bulan ampunan dan pahala. Jangan lewatkan  bulan ini dengan perbuatan  yang sia-sia. Sangat rugi apabila puasa kita tidak beramal shalih yang berbalas pahala berlipat dari Allah swt.

Salah satu perbuatan yang dianjurkan adalah belajar terutama ilmu agama.
Yuk, kita ulangi lagi tentag hal-hal yang membatalkan puasa dan mengurangi pahala puasa.
artikel ini diambil dari situs yang InsyaaAllah dapat dipercaya

Setelah selesai membaca, silakan tulis rangkuman di buku khusus Ramadhan , tanda tangani orang tua. digabugkan dengan materi lain selaama ramadhan ini. Dikumpulkan saat kalian sudah saatnya ke sekolah . Yuuk...Baca dengan seksama..
·         
Pembatal Puasa
By
 -

Apa saja yang termasuk pembatal puasa?
1- Makan dan minum dengan sengaja
Yang disebut makan dan minum sebagai pembatal puasa adalah yang sudah makruf disebut makan dan minum[1] yang dimasukkan adalah zat makanan[2] ke dalam perut (lambung) dan dapat menguatkan tubuh (mengenyangkan)[3].
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Orang yang berpuasa dilarang makan dan minum karena keduanya dapat menguatkan tubuh. Padahal maksud meninggalkan makan dan minum di mana kedua aktivitas ini yang mengalirkan darah di dalam tubuh, di mana darah ini adalah tempat mengalirnya setan, dan bukanlah disebabkan karena melakukan injeksi atau bercelak.”[4]
Jika demikian sebabnya, maka memasukkan sesuatu yang bukan makanan ke dalam perut tidaklah merusak puasa.[5]
Merokok termasuk pembatal puasa karena secara bahasa disebut syarbud dukhon (minum asap). Itu artinya merokok sudah termasuk minum. Ini pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin yang disebutkan oleh Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman bin Jibrin dalam Syarh ‘Umdatul Fiqh, 1: 584.

Jika orang yang berpuasa lupa, keliru, atau dipaksa, puasanya tidaklah batal. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا نَسِىَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ ، فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ
Apabila seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, hendaklah dia tetap menyempurnakan puasanya karena Allah telah memberi dia makan dan minum.”[6]
2- Muntah dengan sengaja
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ ذَرَعَهُ قَىْءٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقْضِ
Barangsiapa yang muntah menguasainya (muntah tidak sengaja) sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada qadha’ baginya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja), maka wajib baginya membayar qadha’.”[7]
Yang tidak membatalkan di sini adalah jika muntah menguasai diri artinya dalam keadaan dipaksa oleh tubuh untuk muntah. Hal ini selama tidak ada muntahan yang kembali ke dalam perut atas pilihannya sendiri. Jika yang terakhir ini terjadi, maka puasanya batal.[8]
3- Mendapati haidh dan nifas
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai sebab kekurangan agama wanita, beliau berkata,
أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ
Bukankah wanita jika haidh tidak shalat dan tidak puasa?” (HR. Bukhari no. 304 dan Muslim no. 79).
Penulis Kifayatul Akhyar berkata, “Telah ada nukilan ijma’ (sepakat ulama), puasa menjadi tidak sah jika mendapati haidh dan nifas. Jika haidh dan nifas didapati di pertengahan siang, puasanya batal.”[9]
Syaikh Musthofa Al Bugho berkata, “Jika seorang wanita mendapati haidh dan nifas, puasanya tidak sah. Jika ia mendapati haidh atau nifas di satu waktu dari siang, puasanya batal. Dan ia wajib mengqadha’ puasa pada hari tersebut.”[10]
4- Jima’ (bersetubuh) dengan sengaja
Yang dimaksud di sini adalah memasukkan pucuk zakar atau sebagiannya secara sengaja dengan pilihan sendiri dan dalam keadaan tahu akan haramnya. Yang termasuk pembatal di sini bukan hanya jika dilakukan di kemaluan, termasuk pula menyetubuhi di dubur manusia (anal sex) atau selainnya, seperti pada hewan (dikenal dengan istilah zoophilia). Menyetubuhi di sini termasuk pembatal meskipun tidak keluar mani.
Sedangkan jika dilakukan dalam keadaan lupa dan tidak mengetahui haramnya, maka tidak batal sebagaimana ketika membahas tentang pembatal puasa berupa makan.[11]
Dalil yang menunjukkan bahwa bersetubuh (jima’) termasuk pembatal adalah firman Allah Ta’ala,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid” (QS. Al Baqarah: 187). Tubasyiruhunna dalam ayat ini bermakna menyetubuhi.
5- Keluar mani karena bercumbu
Yang dimaksud mubasyaroh atau bercumbu di sini adalah dengan bersentuhan seperti ciuman tanpa ada pembatas, atau bisa pula dengan mengeluarkan mani lewat tangan (onani). Sedangkan jika keluar mani tanpa bersentuhan seperti keluarnya karena mimpi basah atau karena imajinasi lewat pikiran, maka tidak membatalkan puasa.
Muhammad Al Hishni rahimahullah berkata, “Termasuk pembatal jika mengeluarkan mani baik dengan cara yang haram seperti mengeluarkan mani dengan tangan sendiri (onani) atau melakukan cara yang tidak haram seperti onani lewat tangan istri atau budaknya.” Lalu beliau katakan bahwa bisa dihukumi sebagai pembatal karena maksud pokok dari hubungan intim (jima’) adalah keluarnya mani. Jika jima’ saat puasa diharamkan dan membuat puasa batal walau tanpa keluar mani, maka mengeluarkan mani seperti tadi lebih-lebih bisa dikatakan sebagai pembatal. Juga beliau menambahkan bahwa keluarnya mani dengan berpikir atau karena ihtilam (mimpi basah) tidak termasuk pembatal puasa. Para ulama tidak berselisih dalam hal ini, bahkan ada yang mengatakan sebagai ijma’ (konsensus ulama).”[12]
Al Baijurimenyebutkan bahwa keluarnya madzi tidak membatalkan puasa walau karena bercumbu.[13]
Syaikh Prof. Dr. Musthofa Al Bugho berkata, “Diharamkan mencium pasangan saat puasa Ramadhan bagi yang tinggi syahwatnya karena hal ini dapat mengantarkan pada rusaknya puasa. Sedangkan bagi yang syahwatnya tidak bergejolak, maka tetap lebih utama ia tidak mencium pasangannya.”[14]
Konsekuensi dari Melakukan Pembatal Puasa
Bagi yang batal puasanya karena makan dan minum, muntah dengan sengaja, mendapati haidh dan nifas, dan keluar mani karena bercumbu, maka kewajibannya adalah mengqadha’ puasa saja.
Sedangkan yang batal puasa karena jima’ (bersetubuh) di siang bulan Ramadhan, maka ia punya kewajiban qadha’ dan wajib menunaikan kafarah yang dibebankan pada laki-laki[15]. Kafarah atau tebusannya adalah memerdekakan satu orang budak. Jika tidak didapati, maka berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, maka memberi makan kepada 60 orang miskin.[16]

Semoga bermanfaat.


·         
Hal yang Mengurangi Pahala Puasa Ini Harus Dihindari, Jangan Sampai Menyesal


Hal yang Mengurangi Pahala Puasa. (Ilustrasi: Pexels.com)
Liputan6.com, Jakarta Hal yang mengurangi pahala puasa harus kamu ketahui sebagai umat Islam. Tentunya bila kamu belum mengetahuinya, maka ibadah puasa yang kamu jalankan tidak akan pernah mendapatkan pahala dan manfaat yang maksimal.
Bila kamu belum mengetahui hal yang mengurangi pahala puasa, rasanya kamu masih belum serius dalam menjalankan salah satu rukun Islam ini. Padahal di bulan Ramadan ini, begitu banyak pahala yang bisa kamu dapatkan, khususnya dari menjalankan ibadah puasa.
Oleh karena itu, kamu wajib memahami berbagai hal yang mengurangi pahala puasa supaya bisa menjalanakan puasa dengan maksimal dan tidak sia-sia. Selain bisa menjaga pahala yang didapatkan dari berpuasa, kamu juga bisa lebih fokus dan tenang dalam menjalankan puasa setiap harinya di bulan Ramadan.
Berikut Liputan6.com rangkum tentang hal yang mengurangi pahala puasa dari berbagai sumber, (

Hal yang Mengurangi Pahala Puasa
1. Marah
Hal yang mengurangi pahala puasa yang pertama adalah marah. Seperti yang kamu tahu, marah adalah penanda bahwa seseorang tiak bisa menahan hawa nafsunya.
Bahkan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sangat tidak menyukai orang yang sering marah-marah. Kecuali bila kamu marah karena adanya maksiat yang terjadi di sekitarmu.
Marah akan menyebabkan kamu melakukan hal yang mengurangi pahala puasa lainnya seperti mengatakan kata-kata kotor. Jadi bila kamu sudah marah dan mengatakan kata-kata kotor, sama saja dengan mengurangi banyak pahala berpuasamu. Karena salah satu makna berpuasa adalah menahan hawa nafsu yang tentunya marah termasuk ke dalamnya. Balasan untuk orang orang yang dapat menahan marah adalah surga di akhirat kelak.
2. Berbicara Kotor atau Tidak Ada Manfaatnya
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, salah satu hal yang mengurangi pahala puasa mengikuti marah adalah berbicara kotor atau berbicara yang tidak ada manfaatnya.
Berbicara kotor tidak terbatas kepada kata kata kotor saja, namun juga bisa berkembang menjadi bergosip yang tidak ada gunanya, serta berbicara kotor yang tidak sepatutnya. Daripada melakukan hal yang mengurangi pahala puasa satu ini, lebih baik kamu gunakan lisan untuk membaca Al-Qur’an supaya menambah pahala puasa kamu.  

3. Berbohong
Berbohong tentunya menjadi salah satu hal yang mengurangi pahala puasa yang kamu jalankan. Berbohong saja sudah dilarang dalam kehidupan sehari-hari dan tentunya akan mendapatkan dosa bila kamu berbohong.
Berbohong diharamkan dalam kondisi apapun. Bahkan berbohong tidak hanya menjadi hal yang mengurangi pahala puasa, tetapi juga bisa membatalkan puasa.
Perbuatan-perbuatan seperti sumpah palsu, kesaksian palsu, bahkan korupsi merupakan beberapa contoh berbohong yang levelnya lebih tinggi. Maka dari itu, kamu tidak boleh berbohong baik ketika sedang berpuasa di bulan Ramadan maupun di hari-hari lainnya.
Berbohong sangat merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Karena itulah perbuatan berbohong juga akan mendapatkan banyak dosa.
4. Tidur Sepanjang Hari
Sebenarnya tidur merupakan hal yang baik dan merupakan salah satu ibadah di saat bulan puasa. Namun bukan berarti kamu harus tidur sepanjang hari dan hal itu tetap dihitung sebagai ibadah.
Sebaliknya, bila kamu hanya tidur-tiduran sepanjang hari di bulan Ramadan merupakan salah satu hal yang mengurangi pahala puasamu. Apalagi bila kamu tidak menjalankan ibadah wajib karena tidur di bulan puasa. Puasamu malah akan batal karenanya.
Tidur yang merupakan ibadah di bulan puasa adalah tidur dengan kurang lebih 5 menit saja untuk menghindari hal yang mengurangi pahala puasa lainnya seperti menggunjing. Maka dari itu, bukan berarti kamu harus tidur-tiduran sepanjang hari dan melupakan shalat dan membaca Alquran.

5. Melihat Lawan Jenis dengan Hawa Nafsu
Tentunya melihat lawan jenis dengan hawa nafsu merupakan salah satu hal yang mengurangi pahala puasa. Ibadah puasa sendiri memiliki arti untuk menahan hawa nafsu, maka tentu saja hal ini merupakan hal yang mengurangi pahala puasa dan bahkan bisa membatalkan puasa.
Tidak hanya langsung, tapi bila kamu memandang lawan jenis dari smartphonemu melalui gambar atau video, maka pahala puasamu juga akan berkurang.
Maka dari itulah, kamu harus menjaga mata yang memang berfungsi untuk melihat. Melihatlah hanya pada yang baik baik saja, jangan sampai puasa kamu jadi rusak hanya karena memandang hal hal yang tidak harus dilihat, terutama di bulan puasa ini.

6. Bergunjing atau Bergosip
Bagi kamu yang suka nongkrong dan bergunjing atau bergosip, kamu harus menghindarinya sejak dari sekarang. Bergunjing atau bergosip merupakan salah satu hal yang mengurangi pahala puasa. Selain itu, bergunjing juga merupakan perbuatan yang sangat dilarang oleh Allah SWT.
Bergosip bahkan tidak hanya mengurangi pahala puasa kamu, bahkan bisa membatalkan puasa. Jadi kamu tidak hanya dilarang untuk bergunjing ketika bulan Ramadan saja, namun juga termasuk di bulan bulan lainnya.


Selasa, 21 April 2020

Belajar di Rumah Rabu, 22 April 2020 Kelas 9A, 9B,, dan 9 D

Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh



Assalamualaiakum warahmatullahi wabarakatuh

Belajar di Rumah Rabu, 22 April 2020 Kelas 9A, 9B, dan 9 D
Pembelajaran  ditujukan bagi Kelas 9A, 9B,9C, dan 9D

Bismillahirahmanirrahim..

Ramadhan di depan mata. Bulan penuh berkah dan ampunan tak boleh diewatkan begitu saja. Berbagai kegiatan khas Ramadhan dilakukan kaum muslim seluruh dunia. Kalian tentu memiliki pengalaman seru dan berkesan dalam mengisi bulan Ramadhan.
Kali ini, kita  akan menuliskan kisah nyata berkesan yang pernah dialami dalam menyambut dan mengisi bukan Ramadhan. Tentu pengalaman berkesan yang bagus untuk dibaca. Cari pengalaman yang membawa hikmah atau manfaat untuk diri dan orang lain

1. Buatlah tulisan semacam cerita pendek kisah nyata yag pernah kamu alami saat Ramadhan.
2. Panjang karangan sekitar 2 atau 3 halaman
3. Perhatikan paragraf dan ejaan atau tata tulis
4. Gunakan bahasa yang baik, boleh santai tetapi sopan.
5. Buatlah dengan sungguh-sunguh untuk dijilid sebagai cerita antologi keas 9a, 9b, 9c, dan ,9d
5. Ketik, beri identitas nama dan kelas

Kirimkan ke email guru   saraswatinelly.ali@gmail.com

Tulis subjek  :  cerita_ramadhan _nama_kelas


Contoh     : cerita_ramadhan_yadi bahtiar_9c


Ditunggu sampai Ahad, 27 April 2020


Wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh



Senin, 20 April 2020

Belajar di Rumah Selasa, 21 April 2020 Kelas 9B dan 9D


Belajar di Rumah Kelas Selasa, 21 April 2020 Kelas  9B dan 9D

Assalamualaikum

Bismillaahirahmaanirrahiim

LITERASI


Literasi dapat diartikan kemampuan memahami , melaksanakan, menyampikan kembali informasi yang diperoleh dari buku, media, dan lingkungan sekitar.


Untuk kegiatan di rumah hari ini, 

A. Bacalah koleksi buku yang ada di rumah masing-masing.
B. Laporkan isi buku, 
    1. Identitas
        a. Judul buku
        b. Pengarang
        c. Penerbit
        d. Tahun 
        e. Ukuran buku

C. Tuiskan ringkasan atau sinopsis

D. Tuliskan hikmah  dan  amanat isi buku yang kalian baca,

E. Tuliskan di buku latihan.


Wassalamualaikum 




Ramadhan di Rumah, Selasa, 12 Mei 2020 Kelas 9a,b, c, dan d

Ramadhan di Rumah, Selasa, 12 Mei 2020 Kelas  9a,b, c, dan d لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ  Bacalah materi berjud...